Beranda | Artikel
Memetik Pelajaran dari Pesan Nabi
Minggu, 17 Maret 2019

بسم الله الرحمن الرحيمم

Saudaraku…

Suatu ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan dalam sabdanya yang berbunyi:

“Lihatlah kepada yang lebih rendah (kondisinya) darimu dan jangan melihat yang di atasmu, itu akan  membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu” (Mutafaq ‘alaih).

Pesan singkat diatas memuat dua buah butir nasehat yang patut kita renungi, yaitu:

Baca Juga: Resep Hidup Bahagia

Hendaknya bagi seorang muslim untuk  tidak memandang kepada saudara-saudaranya yang berada di atasnya  dalam masalah dunia, karena hal tersebut dapat menimbulkan beberapa penyakit diantaranya:

  • Hasad atau yang akrab di telinga kita disebut dengan kedengkian. Kedengkian yang terjadi antara manusia biasanya besumber dari kecenderungan seseorang terhadap dunia atau ketidak puasan dengan apa yang Allah berikan kepadanya. Contohnya saja pembunuhan antara Habil dan saudaranya Qabil tidak lain ternyata berakar dari ketidak puasan yang diberikan kepada Qabil.

Tapi satu hal perlu kita ketahui bahwa iri atau dengki tidak selalu buruk dan tercela dalam agama,  di sana ada bentuk iri/dengki yang terpuji yaitu kedengkian terhadap amalan sholeh yang dilakukan seseorang,  yang disebut dalam istilah syar’i dengan alghibtoh.

Hal ini sebagaimana yang dikabarkan baginda Nabi shallahu ‘alaihi wasalam dalam sebuah hadits yang sahih.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم :( لا تحاسدوا إلا في اثنتين رجل آتاه الله القرآن فهو يتلوه آناء الليل والنهار فهو يقول لو أتيت ما أوتي هذا لفعلت كما يفعل ورجل آتاه الله مالا فهو ينفقه في حقه يقول لو أوتيت ما أوتي هذا لفعلت كما يفعل ورجل آتاه الله مالا فهو ينفقه في حقه يقول لو أوتيت هذا لفعلت كما يفعل ) رواه البخاري

Dari Abu hurairoh rodhiyallahu ‘anhu, Rosulullah shalallahu ‘alaihi wassalam besabda: ”janganlahlah kalian saling mendengki,  kecuali dalam dua perkara, yaitu seorang yang Allah berikan kepadanya Al-qur’an (penghafal al-Qur’an) yang mana ia selalu membacanya siang dan malam kemudian seorang yang lain mengatakan ‘seandainya aku seperti dia niscaya akupun akan melakukannya’, atau seseorang  yang Allah beri rizki kepadanya dan ia infaqkan harta tersebut, kemudian seorang yang lain mengatakan ‘seandainya aku diberi rizki seperti dia niscaya aku akan infaqan harta tersebut” [H.R Bukhari]

Baca Juga: Keadaan Susah atau Stres, Tetap Perhatikan Kebutuhan Hidup dan Keadaan Diri

Atau iri kepada sahabat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu ketika mendengar Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Seandainya aku boleh menggangkat seorang khalil (kekasih terdekat) selain Rabbku, niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai khalilku.”

Iri kepada Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu ketika ia meminta izin masuk untuk bertemu dengan Rosulullah, Baginda berkata:”Biarkan ia masuk, dan beri kabar gembira bahwa ia termasuk penghuni Surga.”

Iri kepada Ali ketika mendengar Rosul bersabda:”Sungguh aku akan berikan panji ini kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rosul-Nya serta dicintai  Allah dan Rosul-Nya”

Iri kepada ‘Aisyah karena mendengar namanya paling pertama disebut oleh Rosul  ketika beliau ditanya tentang siapakah orang yang paling engkau cintai beliaupun seraya menjawab “Aisyah…”.

Baca Juga: Kehidupan Dunia, Bagai Bunga yang Dipetik Kemudian Layu

Ini adalah beberapa bentuk iri yang terpuji yang tidak dilarang oleh agama.

  • Berburuk sangka kepada Allah atau yang sering disebut dalam bahasa arab suudzon billah karena ia merasa bahwa Allah tidak adil terhadap hamba-hambanya. Maha Suci Allah dari perasangka buruk dari hamba- hambaNya.
  • Tidak bersyukur dengan apa yang telah Allah gariskan untuknya, ia tidak puas dengan yang ia terima. Padahal seandainya ia mau mensyukuri apa yang ada,  niscaya Allah akan menambahkan kenikmatan yang Ia berikan kepdanya. Allah sendiri berjanji atas hal itu dalam firman-Nya:

لَئِنْ شَكَرْتُم لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Seandainya kalian bersyukur niscaya Dia akan menambah nikmat-Nya atas kalian akan tetapi seandaainya kalian mengingkari nikmat-Nya sesungguhnya adzab-Nya amat pedih.”(QS. Ibrohim: 7)

Maka dari itu, seandainya hamba tersebut mau menengok sejenak orang-orang yang berada di bawah mereka (kondisinya) maka ia akan mendapati betapa masih  banyak disana yang jauh menderita, sengsara dalam jeritan nestapa yang tiada tara.

Dengan demikian, ia akan senantiasa mensyukuri dengan apa yang Allah titipkan kepdanya, selalu berprasangka baik kepda Allah Dzat yang Maha Pemurah, dan mengikis segala rasa dengki atau hasad kepada saudaranya. karena ia yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa setiap yang Allah gariskan atasnya adalah kado terbaik yang Allah pilihkan untuknya yang terkandung jutaan hikmah dan mutiara  yang tidak diketahui di balik itu semua.

Hakikat kehidupan manusia yang penuh dengan lika-liku merupakan anugerah yang penuh dengan teka-teki yang sulit untuk kita pahami, yang terkadang setiap apa yang  disangka oleh seorang hamba itu adalah baik untuknya.

Oh, pada nestapa yang siap menerkam suatu saat, dan terkadang apa yang ia sangka itu adalah buruk, jelek, tidak baik untuk dirinya…

Ternyata di balik itu semua terdapat segudang mutiara kebahagian yang tidak disangka-sangka menantinya…

Baca Juga: Manfaat Belajar Sejarah Hidup Nabi Muhammad

Akan tetapi dalam masalah beramal  yang nantinya sebagai bekal dan pemberat mizan (timbangan) di akhirat kelak, hendaknya seorang muslim sejati selalu menengadahkan penglihatannya ke atas melihat orang-orang yang berada di shaf terdepan  dalam amalan kebajikan yang mereka lakukan, diantaranya:

  • Kita lihat bagaimana besarnya pengorbanan dan kesabaran Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam menyebarkan agama Islam yang mana beliau mengucurkan keringat dan darahnya untuk tegaknya agama Allah ini dan  beliau pun tak sedikit mendapatkan cobaan yang sangat berat dan cacian yang menjijikan. Akan tetapi beliau tetap tegar di dalam mengemban risalah yang berat ini, sampai tegaklah agama Islam di muka bumi yang mana harumnya masih kita rasakan sampai saat ini.

Dan kita bisa  melihat besarnya amalan para sahabat yang mereka curahkan untuk Islam dan kaum muslimin, seperti:

  • Kedermawannan Abu Bakar As- Shiddiq, yang mana beliau telah menginfaqkan seluruh hartanya di jalan Allah sampai-sampai beliau tidak menyisakan untuk keluarganya kecuali Allah dan Rosul-Nya saja. Begitu pula kedermawanan Ustman bin ‘Affan,  Abdurrahman bin Auf yang tak kalah besarnya.
  • Kekokohan iman Bilal  bin Rabbah ketika melewati detik-detik nestapa yang bertubi-tubi menimpa dirinya, dan beliau tetap tegak dan bersabar  atas cobaan tersebut hanya untuk mempertahankan keimanannya yang tertancap kokoh bagaikan akar pohon kurma. Dan beliau hanya pasrah dengan  mengatakan ”Al ahad alahad Allahussamad”.
  • Keberanian dan kegigihan Umar bin Al-Khattab, Ali bin Abi Thalib, Khalid bin Walid dalam memerangi musuh-musuh Allah dan menghunuskan pedang-pedang mereka dijalan-Nya, yang dengannya Islam tersebar luas di sebagian penjuru dunia.
  • Kefaqihan dan ke’aliman Ummul mukminin A’isyah binti Abu bakar,  Ibnu ‘Abbas, Ibnu Mas’ud, Mu’adz bin Jabal, dan Abu Hurairah yang mana mereka  telah bersumbangsih dalam mencerdaskan ummat islam. Bahkan diriwayatkan bahwa Abu Hurairah pernah mengganjal perutnya karena pedihnya lapar yang tidak tertahan hanya untuk bisa bermajlis dengan baginda Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Baca Juga: Saat Terindah dalam Hidup Manusia

Dan kita pun bisa melihat beberapa contoh suri teladan dari beberapa  tabi’in di dalam kiprahnya yang wangi semerbak bak wangi kasturi, diantaranya:

  • Berbaktinya  Uwais Al-Qorni terhadap ibunya, yang dengannya  namanya semerbak harum dan sudah disebut-sebut oleh baginda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam di kalangan para sahabat-sahabatnya.
  • Ke’aliman dan ke ‘arifan Thowus bin Kaisan, Muhammad bin Shirin, Sufyan At-Tsaury, Hasan Al-Bashri .
  • Kedermwanan Abdullah bin Mubarok.

Dan masih banyak lagi para salafus sholih yang telah menggoreskan nama-nama mereka dengan segudang amalan luar biasa yang ditulis oleh para ulama dengan tinta emas, sehingga namanya harum sampai saat ini rodhiyallohu ‘anhum wa rohimahumullah.

Mudah-mudah dengan mengetahuinya, pengorbanan yang mereka curahkan dan amalan yang mereka lakukan dapat memotivasi kita di dalam memperbanyak dalam melakukan amal sholih dan mengikuti jejak baik mereka.

Disebutkan dalam kitab Ta’dzimul Ilmi karya Syeikh Sholeh bin Abdullah Al-Ushaimy:

فتشبهواان لم تكونوا مثلهم
ان تشابه بالكرام فلاح

“Teladanilah mereka, walaupun tidak bisa seperti mereka. Sesungguhnya meneladani orang yang mulia itu sebuah keberuntungan”

Jelas sekali dari bait yang ditulis dengan tinta emas ini mengisyaratkan kepada kita akan pentingnya meneladani orang-orang  sholih walaupun kita tidak bisa meneladani secara sempurna, akan tetapi dengan usaha kita di dalam meneladani mereka akan mendapatkan bingkisan yang luar bisa yang dijanjikan oleh Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana yang dikabarkan dalam sebuah haditsnya:

قال رسول الله – صلى الله عليه وآله وسلم -: «مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم» (رواه أبو داود، وقال الألباني: حسن صحيح)،

”Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka di termasuk kelompok tersebut” [H.R Abu Daud dan syekh albani mengatakan hasan shohih]

Baca Juga: Keutamaan Cinta Akhirat Dan Zuhud Dalam Kehidupan Dunia

Seandainya seseorang menyerupai orang-orang kafir, pelaku maksiat atau mengikuti trend, model, perkataan atau  perilaku mereka, ditakutkan ia digolongkan ke dalam kelompok mereka. Dan sebaliknya pula seandainya seseorang mengikuti dan meneladani orang-orang sholih bahkan meneladani orang-orang yang dijamin masuk Surga oleh baginda Rosulullah nicaya ia pun akan mendapati apa yang dianugerahkan kepada orang-orang  yang ia teladani tersebut.

Semoga dua faidah yang diambil dari pesan singkat yang di tuturkan oleh baginda Nabi ini bermanfaat, mudah-mudahan hal ini bisa menjadi sebuah renungan sejenak dan bisa mengamalkanya… Aamiin.

Baca Juga:

@Perum Jamiyyatul Bir, Madinah Al-Munawwaroh, 11 oktober 2014

Penulis: Argi Abdul Muhsin As-sundawy

Artikel: Muslim.Or.Id

🔍 Ucapan Selamat Dalam Islam, Ketentuan Puasa Sunnah, Surah Al Baqarah Tentang Puasa, Kesalahan Suami Terhadap Istri Menurut Islam, Jadwal Kajian Syafiq Reza Basalamah


Artikel asli: https://muslim.or.id/45504-memetik-pelajaran-dari-pesan-nabi.html